KONI Kaltim: Pelatih Harus Peka Kondisi Psikologis Atlet

Wakil Ketua I KONI Kaltim, Ego Arifin
Wakil Ketua I KONI Kaltim, Ego Arifin

 306 total views,  2 views today

Samarinda, WARTAIKN.COM – Wakil Ketua I Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Provinsi Kaltim Ego Arifin menyatakan bahwa seorang pelatih dituntut buklan hanya melatih fisik dan teknik bagi yang dilatih, tapi juga harus peka terhadap kondisi fisik atlet.

Kemampuan ini perlu dimiliki pelatih karena dalam pertandingan, sering kali ketidaksiapan mental atau secara emosional, bisa berpengaruh terhadap pertdaningan yang dilakukan, meski pada dasarnya secara teknik dan fisik sudah tangguh.

Salah satu contohnya adalah, lanjut Ego, ketika dalam PON XXI Aceh-Sumut 2024, ia memuji langkah yang diambil pelatih cabang olahraga kurash, yakni ketika dua atlet kurash gagal di hari pertama, lantas pelatihnya segera meminta pendampingan tim psikolog KONI Kaltim.

Dampaknya kemudian, pada hari berikutnya, tiga atlet putri tampil dengan performa luar biasa, sehingga menyumbangkan satu medali emas dan dua medali perak.

” Ini artinya, seorang pelatih dituntut untuk peka dan bisa membaca kondisi psikologis atletnya, karena mental memiliki pengaruh besar dalam pertanfingan” kata Ego di Samarinda, Kamis.

Selain persoalan mentalitas, faktor non-teknis juga diakui menjadi kendala. Beberapa atlet yang bertanding di venue outdoor mengeluhkan kurangnya waktu beradaptasi dengan kondisi lapangan.

“Ada juga kekhawatiran terhadap potensi ‘megathrust yang memicu tsunami’, termasuk potensi perubahan regulasi pertandingan yang berdampak pada persiapan atlet,” tambah Ego.

Meskipun demikian, KONI Kaltim telah mencatat semua masukan dan persoalan yang dihadapi di lapangan. Ego menegaskan bahwa pihaknya akan mengevaluasi secara menyeluruh dan merumuskan langkah-langkah perbaikan untuk prestasi yang lebih baik di masa depan.

Ditanya tentang kemungkinan evaluasi terhadap hasil PON XXI Aceh-Sumut 2024, sebagai persiapan menghadapi PON 2028 mendatang, ia mengakui bahwa pencapaian memang di masih di bawah target, namun pihaknya bersyukur atas capaian ini.

Meski hanya mampu finish di peringkat delapan klasemen akhir,namun raihan ini sebenarnya menunjukkan peningkatan perolehan medali sebesar 30 persen dibandingkan PON Papua 2021. Namun, target masuk lima besar yang dicanangkan sebelumnya memang meleset.

Sejumlah hal yang perlu dievaluasi salah satunya adalah terkait mentalitas atlet sebagai salah satu kendala yang memengaruhi performa di lapangan, sehingga hal ini perlu menjadi perhatian ke depan.

“Ketika harus berhadapan dengan juara nasional atau tuan rumah, banyak atlet Kaltim merasa minder dan kurang percaya diri, makanya perlu pendampingan psikolog” ujar Ego.

Hal ini terlihat dari banyaknya perolehan medali perak, yang menunjukkan bahwa ada masalah dalam mental bertanding, terutama bagi atlet yang sedang dalam masa peralihan dari junior ke senior. (adv)

 

wartaikn.com @ 2023