Ritual Pelas Benua, Doa Masyarakat Kutai untuk Kelancaran IKN

adar kutao
Pembukaan Ritual Adat Kutai Pelas Benua di Rest Area IKN.. Foto: Ist/ Humas OIKN

 654 total views,  2 views today

Nusantara, WARTAIKN.COM – Kepala Adat Besar di Tanah Kutai menyelenggarakan Ritual Adat Kutai Pelas Benua di Rest Area, Ibu Kota Nusantara (IKN), Minggu (20/10) selama tiga hari mulai 19 hingga 21 Oktober 2024 yang difasilitasi oleh Otorita IKN.

Sebelumnya juga telah dilaksanakan Ritual Adat Dayak dan Paser pada Sabtu (11/5/2024) di lokasi yang sama, dengan melibatkan 12 lembaga dan masyarakat adat. Hal ini sebagai bentuk perwujudan restu dari leluhur untuk pembangunan IKN di tanah Kalimantan agar berjalan lancar dan aman.

“Bulan Mei lalu kami juga melakukan hal serupa yang dipelopori oleh masyakat Dayak dan Paser, sedangkan hari ini oleh masyarakat Kutai,” ujar Deputi Bidang Sosial, Budaya, dan Pemberdayaan Masyarakat Otorita IKN, Alimuddin.

Ritual Adat Kutai Pelas Benua secara bahasa “Pelas” maksudnya pembersihan, dan “Benua” adalah wilayah. Bila diartikan, yakni membersihkan wilayah IKN dari hal-hal buruk, agar dalam proses pembangunan dapat berjalan lancar, serta dihindarkan dari mara bahaya.

Seperti halnya yang disampaikan oleh Ketua Panitia Ritual Adat Pelas Benua, Sopyan dari Masyarakat Adat Kutai Puak Lampung, “Pelas Benua adalah bentuk pembersihan wilayah di IKN agar tidak terjadi suatu hal yang mungkin saja akan menghambat, dengan adanya Pelas Benua, kami harapkan pembangunan IKN bisa berjalan sukses dan lancar.”

“Ritual ini termasuk pengukuhan dari masyakat adat, dan kami sebagai pemerintah memberikan kesempatan seluas-luasnya. Salah satu tujuannya adalah bagaimana warga lokal masih mampu melestarikan kearifan lokal untuk diwariskan kepada kaum muda,” imbuh Alimuddin.

Dalam rangkaian acaranya diisi penampilan permainan tradisional, tari-tarian tradisional, deklarasi 5 Puak (Sub Suku Kutai) terhadap dukungan pembangunan IKN, serta Ritual Adat Kutai.
Terdapat 5 Puak Kutai diantaranya Puak Pantun sebagai Puak tertua, Puak Kedang, Puak Lampung, Puak Pahu, dan Puak Melanti.

“Kita berharap masyarakat dengan senang hati masih mau melestarikan berbagai kearifan dan budaya lokal yang merupakan kekayaan bangsa, karena hal ini tentu akan menjadi modal kita juga dalam membangun Otoirita IKN,” jelas Deputi Alimuddin.

Tentunya soal budaya masyarakat lokal ini, menjadi atensi bagi mereka. Seperti yang disampaikan Sopyan, “Ini merupakan ritual yang paling tua diantara puak-puak yang ada di Kutai yang dipimpin oleh Puak Pantun, jadi dikhawatirkan kalau tidak dilestarikan, maka kebudayaan ini akan punah.”

Turut hadir dalam ritual adat ini adalah Pj. Gubernur Kalimantan Timur yang diwakilkan Kepala Dinas DPMPD Puguh Harjanto, Pj. Bupati Penajam Paser Utara yang diwakilkan oleh Kabag Humas dan Protokol Hendro Susilo.

Kemudian Pjs. Bupati Kutai Kartanegara yang diwakilkan oleh Plt. Kepala Dinas Pariwisata Sugiarto, Direktur Pemberdayaan Masyarakat Otorita IKN Conrita Ermanto, Direktur Kebudayaan, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatiif Otorita IKN Muhsin Palinrungi.

Lalu Kepala Dinas Pariwisata, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan baik dari Provinsi Kalimantan Timur, Penajam Paser Utara, maupun Kutai Kartanegara, Ketua Lembaga Adat Paser Musa, Camat dan Kepala Desa di wilayah IKN, serta masyarakat Adat Kutai, Paser, dan Dayak. (gf)

wartaikn.com @ 2023