306 total views, 2 views today
Seseorang update status soal konflik rumah tangga di facebook itu sebenarnya bukan untuk menyelesaikan masalah, tapi hanya memuaskan perasaan dalam hati. Dan pasti akan berakhir dengan penyesalan. Cepat atau lambat.
Tidak ada masalah yang menjadi selesai dengan mengumbarnya kepada khalayak. Yang ada justeru memperlebar “cacat” memperbanyak komentar dan membuka keburukan diri sendiri yang berujung pada jatuhnya harga diri.
Masalah rumah tangga, kantor, organisasi bahkan diri sendiri yang tidak layak dikonsumsi publik selayaknya diselesaikan dengan cara yang baik. Kalaupun harus mengambil jalan paling ekstrim, ya dilaporkan ke aparat penegak hukum sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Tentu kalau bisa janganlah smpai kesana.
Cara yang paling bijak adalah dengan mengkomunikasikan segala hal yang menjadi permasalahan. Bilapun pihak-pihak yang sedang berkonflik sulit untuk saling mengungkapkan isi hatinya maka sebaiknya dicari mediator.
Mediator yang dipilihpun tidak asal pilih saja. Alangkah bagusnya sosok yang dituakan atau orang yang dihormati oleh para pihak yang bermasalah. Nah, kepada tokoh inilah tempatnya semua pihak curhat menyampaiikan ‘kebenaran’ versinya masing-masing. Bukan curhat di medsos yang malah mengundang komentar provokasi.
Sering orang-orang yang berseteru itu sama-sama merasa benar. Mereka hanya tidak menemukan cara maupun narasi yang bisa menyelaraskan kebenaran tersebut. Maka dengan tokoh yang bijaksana sebagai mediator itulah diharapkan kebenaran dari dua versi ini bisa dikompromikan dan salahpaham yang terjadi bisa diluruskan. Insya Allah.
Wallahu a’lam
( Abdillah Syafei)