579 total views, 138 views today
Oleh: Aji Sofyan Effendi, Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indenonesia (ISEI) Samarinda
Indonesia pernah memiliki seorang arsitek ekonomi yang gagasannya begitu fundamental, langkahnya visioner, dan pengaruhnya terasa hingga kini. Dialah Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo, yang dijuluki “Begawan Ekonomi” Indonesia.
Di bawah kepemimpinannya sebagai perumus kebijakan ekonomi di era pemerintahan Presiden Soeharto, Indonesia mengalami lonjakan ekonomi yang luar biasa, bahkan menempatkannya sebagai salah satu negara industri baru (Newly Industrialized Countries) di kancah global.
Arsitek Kemajuan Ekonomi di Era Orde Baru
Soemitro Djojohadikusumo adalah otak di balik strategi pembangunan ekonomi yang membawa Indonesia melesat. Visi dan kepiawaiannya dalam merumuskan kebijakan ekonomi menjadi pilar utama di balik capaian gemilang Indonesia di masa itu.
Ia bukan sekadar seorang menteri atau penasihat. Ia adalah seorang pemikir strategis yang mampu menerjemahkan teori-teori ekonomi kompleks menjadi program-program nyata yang berdampak langsung pada kesejahteraan rakyat.
Salah satu warisan terbesarnya adalah keberhasilan Indonesia mencapai swasembada pangan, terutama beras. Melalui program-program pertanian yang terencana dan terukur, Indonesia yang sebelumnya merupakan importir pangan, berubah menjadi pengekspor pangan terdepan di Asia Tenggara.
Keberhasilan ini tidak hanya mengamankan ketersediaan pangan nasional, tetapi juga mengangkat martabat Indonesia di mata dunia. Banyak negara lain di ASEAN yang kemudian datang untuk belajar dari model pertanian Indonesia.
Di bawah kepemimpinan ekonomi Soemitro, Indonesia juga dikenal sebagai “Macan Asia”. Pertumbuhan ekonomi yang pesat, stabil, dan inklusif menjadikan Indonesia sebagai lokomotif ekonomi.
Tak hanya itu, Indonesia juga menjadi salah satu dari sedikit negara yang mampu mengembangkan industri pesawat terbang sendiri, sebuah pencapaian yang menandakan kemajuan teknologi dan industri yang signifikan.
Di sektor pendidikan tinggi, Indonesia juga menjadi kiblat bagi banyak negara ASEAN, dengan sejumlah universitas yang menjadi tujuan studi bagi mahasiswa dari berbagai penjuru.
Ekonom Kelas Dunia
Soemitro Djojohadikusumo bukan hanya seorang ekonom kebanggaan Indonesia, tetapi juga diakui di panggung internasional. Reputasinya sebagai pemikir ekonomi yang brilian membuatnya diundang untuk mengajar di berbagai kampus terkemuka di mancanegara.
Gagasan-gagasannya tentang pembangunan, perdagangan internasional, dan stabilitas ekonomi menjadi rujukan bagi banyak akademisi dan pembuat kebijakan di seluruh dunia. Ia adalah bukti nyata bahwa pemikiran ekonomi Indonesia mampu bersaing dan memberikan kontribusi signifikan di tingkat global.
Senja Soemitronomics dan Era Reformasi
Namun, tidak ada yang abadi. Era keemasan ekonomi yang dibangun di atas fondasi gagasan Soemitro Djojohadikusumo perlahan terkikis seiring dengan pergantian pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1998.
Krisis moneter Asia yang melanda pada akhir 1990-an menjadi pukulan telak yang mengakhiri era “Macan Asia” Indonesia. Zaman berganti, dan Indonesia memasuki era Reformasi dengan segala dinamika ekonominya.
Sejak Reformasi, ekonomi Indonesia telah melalui berbagai fase. Ada saat-saat pertumbuhan yang melambat atau stagnasi, ada pula periode kenaikan yang signifikan. Tantangan ekonomi global dan domestik terus berganti, menuntut adaptasi dan inovasi kebijakan yang berkelanjutan.
Jejak Terus Berlanjut
Meskipun era Soemitronomics secara formal telah berakhir, jejak-jejak pemikiran dan semangat pembangunan yang ia tanamkan masih relevan hingga hari ini. Warisan intelektualnya terus menjadi bahan kajian dan inspirasi bagi generasi ekonom Indonesia.
Menariknya, estafet kepemimpinan kini berada di tangan putra beliau, yang bukan seorang ekonom, melainkan Presiden Republik Indonesia saat ini.
Ini adalah sebuah ironi sejarah yang indah, di mana gagasan besar seorang ayah yang telah membawa Indonesia ke puncak ekonomi, kini mungkin akan diteruskan dan diaktualisasikan kembali oleh putranya, dalam konteks dan tantangan yang berbeda di era modern.
Soemitronomics mungkin telah berlalu, tetapi semangatnya untuk membangun Indonesia yang lebih maju dan sejahtera akan selalu hidup.